Setelah melakukan pencarian nilai-nilai logis mengenai Islam selama kurang lebih dua tahun, pengusaha sekaligus Presiden Direktur Al-Qur'an Selluler, Craig Abdurrohim Owensby (44 tahun) akhirnya sanggup menjalankan puasa dan ibadah sholat lima waktu sebagai bentuk penerapan penganut agama Islam.
"Setelah saya mengikuti pengajian akhirnya saya bisa memahami bahwa agama Islam lebih mementingkan praktik ketimbang hal yang sifatnya teori, akhirnya saya menjalankan ibadah sholat lima waktu, bersamaan dengan puasa Ramadhan." Craig mengaku tidak mengalami kesulitan menjalankan puasa Ramadhan pertamanya pada tahun 2001, sebab kegiatan mengurangi makan sudah biasa dilakukannya sejak dulu, karena ia merasa mempunyai berat tubuh yang melampaui batas ideal.
Ia menyatakan, pada dasarnya hikmah puasa tergantung niat yang ditanamkan oleh masing-masing individu, jika ingin ibadahnya sempurna maka harus dijalankan dengan baik. "Merasakan penderitaan orang miskin, rasa syukur kepada Allah atas rezeki yang diberikan ataupun perjuangan melawan perbuatan dosa, lebih hanya sekedar efek lain akibat pelaksanaan ibadah puasa," ujar suami dari Lilis Fitria (29 tahun) muslimah berdarah Sunda-Betawi yang dinikahinya pada pertengahan 2002.
Ia mengatakan makna puasa terdalam baginya lebih merupakan sarana untuk membersihkan dosa-dosa yang telah lalu, dengan adanya Ramadhan telah membuktikan bahwa Allah Maha Pengampun segala kesalahan yang diperbuat oleh umatnya, karena setiap manusia didunia ini pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. "Allah tahu bahwa umatnya banyak melakukan dosa, karena itu pada bulan Ramadhan Allah memaksa umatnya untuk berhenti melakukan dosa, Allah tidak hanya menghakimi kita berdosa tetapi Allah memaafkan kita pada waktu kita menjalankan sholat dan ibadah puasa," papar Craig yang mengenal Islam sejak tahun 1990 ketika menjalani pendidikan untuk calon pendeta.
Craig menceritakan awalnya menjadi seorang mualaf, ditandai timbulnya keraguan dalam dirinya atas kebenaran agama Kristen yang mengakui Nabi Isa sebagai Tuhan. Pada tahun 1993 ia memutuskan untuk berhenti dari pendidikan calon pendeta dan keluar dari gereja. Namun keputusannya untuk keluar dari agamanya tidak membuatnya serta merta mempercayai Islam sebagai ajaran yang benar. Craig sudah melakukan studi banding terhadap ajaran dua kelompok agama islam, dimana ia mengalami pergulatan rohani, karena disatu sisi Ia melihat ajaran Islam tidak baik karena implementasi umatnya terhadap nilai ibadah sangat kurang, namun pada akhirnya ia dapat menemukannya pada sosok seorang Muslim yaitu Nasir, sahabatnya yang berkebangsaan Pakistan. Apa yang ia lihat, membuatnya lebih tertarik akan ajaran agama islam yang kaffah.
Ketertarikan yang lebih mendalam terasa ketika pada tahun 1997, Ia datang ke Jakarta dan melihat realitas kehidupan masyarakat Islam kebanyakan. Dari situlah kecintaannya kepada Allah dan agama Islam tumbuh subur."Satu tahun di Jakarta saya melihat kehidupan kaum muslim yang benar-benar berbeda," tandasnya.
Craig mengungkapkan, pada awal bekerja di Jakarta ia langsung menyibukan diri mengelola rumah singgah untuk 40 orang anak yang kurang mampu di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Keterbukaan hatinya terhadap agama Islam diawali, karena seringnya melihat aktivitas anak-anak asuhnya melakukan shalat berjamaah, hal itu diperkuat oleh proses pembelajaran terhadap filosofi dan ajaran Islam yang memang menunjukan adanya kebenaran yang hakiki. "Saya melihat anak-anak itu shalat berjamaah lalu saya merasa bahwa Islam memang agama yang indah, saya jadi ingat sama Nasir teman saya yang melaksanakan Islam secara sungguh-sungguh," tutur Craig yang mengukuh diri sebagai muslim tahun 1999 dihadapan anak asuhnya tanpa bantuan Ulama.
Keislamannya pun bertambah mantap setelah dua tahun secara intensive mempelajari Al-Qur'an, Hadist dan teori agama Islam lainnya. Hal itu mempertebal niatnya mengembangkan bisnis pada awal 2002 bersama para mubaligh terkenal yaitu KH.Abullah Gymnastir, Ihsan Tanjung dan Arifin Ilham yang sangat berguna bagi pengembangan ajaran Islam.
Ia menilai saat umat Islam pendidikannya kurang, lebih bersifat pasif dan kurang kritis dalam menggali ajaran dan kebenaran tentang Islam mereka pada umumnya lebih percaya dengan Ustad mereka ynag belum tentu mempunyai pemahamannya benar tentang ajaran Islam. Sementara kelompok yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih ingin menonjolkan diri. Dirinya menyarankan agar Indonesia bisa meniru pimikiran bangsa Iran, dimana umat muslim disana dituntut selalu berfikir tentang kemajuan agama Islam. (novel/ln/eramuslim)
“To convert to Islam is very easy. Probably the most difficult part of that, is to make sure that you are really convinced that Islam is the truth and the right way to follow. What you need to do after becoming a Muslim is learning some Islamic regulations. Islam is a practical religion and it provides clear guidance on what to do and not to do”.